FLAGRUM

Ketika menulis sebuah refleksi tentang peristiwa penyaliban Kristus, ada kusinggung mengenai alat penyiksa berbentuk cambuk yang disebut flagrum” (Lat.) atau flagellum” (Yun. μάστιξ). Seperti apa flagrum dan bagaimana penggunaan alat itu, aku mencoba menyarikannya dari beberapa sumber.

Ada banyak jenis cambuk yang digunakan untuk berbagai macam tujuan. Tiap bangsa mengenal alat itu dengan bermacam istilah sesuai bentuk, bahan maupun tujuan penggunaannya. Dalam kebudayaan Mesir purba alat itu disebut nekhekh, nekhakha yang juga menjadi lambang kekuasaan para Firaun (A flail carried by the pharaoh symbolizing his power; attribute of Osiris).

Nekhekh pada masker emas penutup mummy Firaun Tut-anch-amun

Flagrum yang biasa digunakan di masa kekaisaran Roma untuk menyiksa budak dan orang hukuman, adalah cambuk pendek yang dibuat dari beberapa lembar tali kulit dengan tangkai kayu atau logam. Disepanjang tali kulitnya diikatkan potongan potongan kecil logam -biasanya besi, tembaga- atau keratan tulang. Ada jenis yang pada ujung tali kulitnya dipasangi semacam kait logam seperti mata pancing (hook) yang akan menancap pada kulit dan daging korban. Saat cambuk ditarik maka kulit dan daging korban akan tercabik cabik. Jenis ini dikenal dengan sebutan 'kalajengking' atau ‘scorpia’.
Untuk menghasilkan sayatan lebih dalam, biasanya si terhukum dirantai dengan posisi berdiri atau membungkuk sehingga bagian punggungnya terbuka untuk memudahkan flagelasi.
(Kata flagelasi yang aku gunakan adalah transliterasi dari kata flagellation dalam kalimat ini : "In the Roman Empire, flagellation was often used as a prelude to crucifixion, and in this context is sometimes referred to as scourging" - en.wikipedia)


3 jenis Flagrum yang umum digunakan sebagai alat penyiksa

Cambukan flagrum pada tubuh korban yang merobek kulit dan mencabik daging serta otot tubuh akan menyebabkan perdarahan hebat yang membuat korbannya sulit bertahan hidup lebih lama.
Eksekusi mati dengan cara penyaliban oleh bangsa Roma kuno biasanya didahului dengan menyesah si terhukum dengan cambukan flagrum
Bentuk cincin perunggu yang dipasang
pada tali-tali Flagrum
Algojo atau centurion bertugas menghitung jumlah cambukan dan menjaga agar si terhukum tetap hidup (dengan menghentikan para juru cambuk atau lictor sebelum korban tewas) agar dia masih dapat berjalan ketempat eksekusi penyalibannya. Proses flagelasi inilah yang membuat hukuman salib dipandang sebagai metoda eksekusi mati yang sangat kejam dan tidak manusiawi.

Sejarawan Alkitab, Cicero, mengatakan bahwa penyaliban merupakan "hukuman yang paling ekstrim bagi para budak" (servitutis ekstrem summumque supplicium, Against Verres 2.5.169), dan "hukuman yang paling kejam dan paling menjijikkan." (Crudelissimum taeterrimumque supplicium, ibid. 2.5. 165.). Sedangkan Iosephus menyebutnya "Kematian yang paling malang" (Jewish War 7: 203.).
Gambaran tentang kekejaman flagelasi juga ditulis oleh Eusebius -seorang sejarawan gereja- dalam  risalahnya Historia Ecclesiastica (IV, 15).

Sejarah kekristenan

Dalam sejarah kekristenan Yesus Kristus juga mengalami proses kematian yang keji melalui flagelasi dan penyaliban sebagai bagian dari Skenario Penyelamatan yang telah dirancang Allah, dan cara mati-Nya telah dinubuatkan jauh sebelumnya oleh para nabi, diantaranya :

“Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. 
Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian” (Yes.53:3-6)

Posisi terhukum pada saat flagelasi
“Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi”. (Yes.50:6)

Beratnya siksaan dan penderitaan yang akan diterima Sang Messiah sudah dinubuatkan sbb :
"Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia --begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi--" (Yes.52:14)

Ilustrasi penyiksaan Yesus pra peyaliban
[dalam "Passion of the Christ" - 2004]
Ada kemungkinan flagelasi yang dikenakan kepada Yesus melebihi jumlah pukulan yang ditentukan dalam hukum Yahudi (2Kor.11:24). Terlebih lagi sebelum proses flagelasi Yesus sudah dalam kondisi yang lemah akibat siksaan semalam suntuk. Dari sudut pandang medis flagelasi yang dialami-Nya menyebabkan kerusakan pada organ dalam akibat efek pnemothorax atau gagal paru dan pleural effusion atau munculnya cairan yang 'merendam' paru, selain pendarahan akut yang mempercepat kematian-Nya di atas kayu salib.


Selamat menyambut Paskah !
---------
Referensi :
- conservapedia.com
bible-history.com
en.wikipedia.org

- causeofjesusdeath.com


∎ SOHO Project, Mar 03, 2017

Comments

Popular posts from this blog

PELA sebagai sebuah sistem kekerabatan di Maluku

CICAK BASAH